Apakah kamu sekarang masih ragu dengan passion kamu? Sudah dewasa tapi masih tidak tahu harus berbuat apa? Simak deh cara menemukan passion yang Hastag.id rangkum buat kamu ini.
Mungkin kamu pernah, ketika melihat orang lain lebih enjoy, lebih berhasil, dan memiliki pencapaian yang lebih bagus dari kamu. Sedangkan kamu sendiri merasa telah melakukan semua hal, namun belum juga dapat melihat hasilnya.
Kemudian, mulailah muncul sebuah pemikiran dan pertanyaan-pertanyaan di dalam diri.
“bener nggak sih jalan yang aku pilih ini?”, “Lalu apa yang perlu aku lakukan?”
Kamu mungkin pernah berhenti untuk mengerjakan sesuatu, atau tidak menikmati suatu pekerjaan karena kamu berkata “nggak ada passion”.
Mungkin juga kamu meerasa seakan belum mempunyai passion terhadap sesuatu. Bisa jadi hidup kamu datar-datar saja, mengikuti arus seperti eceng gondok di bendungan Kali Serayu.
Lalu bagaimana sih cara menemukan passion? Dan bagaimana cara menumbuhkan passion terhadap sesuatu?
Kalau Kamu Kurang Tertarik akan Sesuatu, Adakah Cara Menjadikan Hal itu Sebagai Sebuah Passion?
Di dalam bukunya Angela Duckworth yang berjudul “Grit: The Power of Passion and Perseverance.” Terdapat banyak pembahasan tentang pantang menyerah lho, sebenernya.
“sebenarnya.. passionku apa sih?”
Buku ini berisi tentang sejumlah penelitian dan wawancara dengan peneliti tentang bagaimana sih caranya menjadi orang yang pantang menyerah terhadap sesuatu.
Buku ini juga membahas tentang passion. Tentang bagaimana caranya mendapatkan passion, dan tentang sikap seperti apa yang diperlukan untuk menjadi seorang yang bertekad kuat. Nah, sikap itu disebut grit di dalam buku ini.
Grit, atau sikap pantang menyerah, mempunyai artian secara garis besar menjadi dua: passion dan ketekunan. Kedua aspek besar ini terpecah menjadi empat tahapan.
Duckworth menyebut ada empat tahap yang harus kamu lalui agar mempunyai passion sekaligus tekun dalam menjalani suatu bidang. Apa saja ya?
Interest – Temukan Ketertarikan
Yang pertama, terlebih dahulu kamu harus tertarik akan suatu bidang. Sedikit pun tidak mengapa. Misalnya saja, menulis.
Kalau kamu tertarik di bidang tulis-menulis, maka kamu harus mulai menulis. Setengah halaman saja dulu. Tulis sesuatu yang menurut kamu menarik. Tulis perasaanmu. Tulis pikiranmu terhadap suatu fenomena.
Jadinya sedikit? Tidak apa-apa. Sensasi kepuasan akan mulai muncul di sini.
Nah, jika kamu tertarik pada seseorang, apa yang akan kamu lakukan?
Stalking sosmednya, kan? Cari tau lebih banyak tentang dia, kan?
Sama halnya juga jika kamu tertarik akan suatu bidang. Kamu perlu mencari tahu lebih banyak tentang siapa yang jago di bidang itu, apa karyanya, dan lain sebagainya. Kamu juga perlu mencari tahu informasi paling update yang ebrkaitan dengan bidang yang membuatmu tertarik.
Oke, itu jalan bila kamu dari awal sudah tertarik.
Kalau saja kamu tidak suka terhadap pekerjaan-mu yang sekarang. Misalnya, kamu merasa salah jurusan, atau “nggak ada passion” atas sesuatu yang saat ini kamu kerjakan. Lalu, apa yang dapat kamu lakukan?
Sebagian orang berpikir bahwa passion sama halnya seperti sambaran petir. Datangnya mendadak dan terus ada selamanya.
Memang, ada orang yang menemukan passion-nya secara tiba-tiba. Namun, tidak semua orang mengalami hal yang sama.
Passion sebenarnya bisa juga tumbuh seiring berjalannya waktu. Yang perlu kamu lakukan hanyalah terus mencari informasi terbaru. Manusia pada dasarnya suka akan sesuatu yang baru, dan saat kamu terus memperbarui pengetahuanmu akan sesuatu, lama-kelamaan kamu akan tertarik dengan bidang tersebut.
Liat saja Chef Juna yang awalnya masuk ke dunia kuliner secara tak sengaja. Chef Ramsay pun begitu juga, berawal ingin menjadi pemain bola, keterusan sekarang sukses jadi chef. Dan mereka menjalaninya dengan senang hati. Artinya apa? Passion dapat tumbuh seiring berjalan waktu, kan?
Practice – Latihan Keras
Kedua, untuk mencapai sukses dalam suatu bidang, kamu perlu untuk berlatih. Terus-menerus mengasah kemampuan akan membuat kamu semakin mahir di bidang tertentu.
Nah, latihan sendiri bisa bermacam-macam model, cara, fariasi. Namun, latihan yang paling berdampak adalah latihan yang disebut deliberate practice.
Latihan dengan sistem deliberate ini akan memaksa kamu untuk melakukan suatu pecahan dari keterampilan secara berulang-ulang, berkali-kali, selama berjam-jam setiap harinya.
Misalkan dalam permainan basket, kamu latihan free throw selama berkali-kali, berjam-jam, dengan penuh kesadaran.
Karena itulah, latihan ini disebut deliberate, sebab latihan semacam ini memerlukan konsentrasi penuh, dengan pemahaman sadar terhadap semua kesalahan dan yang benar terhadap apapun yang sedang dilakukan.
Pesepak bola legendaris seperti David Beckham misal. Dia dikenal karena tendangan bebasnya yang akurat. Dia mengaku, saat muda, dia latihan tendangan bebas berjam-jam sebelum dan sesudah sesi latihan bersama yang diwajibkan oleh klub.
Tom Brady, quarterback legendaris, menyimpan kertas berisi petunjuk dasar melempar bola. Kertas itu tersimpan di dompetnya, dan ia latih kemampuan dasar melempar bola itu sepanjang karirnya, setiap hari.
Misal lagi, di hand lettering, atau kaligrafi, deliberate practice yang bisa dilakukan adalah berupa membuat garis dengan satu kali sapuan kuas, secara berkali-kali, dengan bentuk yang konsisten.
Latihan dengan sistem deliberate ini dapat memfokuskan kamu ke bagian tertentu di suatu keterampilan, lalu memperhalusnya sampai kamu bisa melakukannya tanpa berpikir.
Jujur saja latihan seperti ini super duper amat membosankan sekali banget. Secara pribadi penulis pun berlatih hand lettering dengan sistem deliberate, dan jujur saja latihan ini sangat membuat bosan setengah mati.
Supaya tidak terasa bosan, bisa kamu coba akali dengan langsung mengoreksi kesalahan di setiap melakukan satu kali percobaan. Coba bedah kembali gerakan yang mana yang keliru, dan mana yang benar. Begitu seterusnya, berkali-kali.
Sering mungkin bagi kamu saat membaca cerita atau menyimak film, saat muncul seorang tokoh dengan bakat emas, yang bisa menguasai semuanya dalam sekejap. Membuat kamu mengidolakan bakat, dan menilai lebih dari segalanya sebagai penentu sebuah kesuksesan.
Padahal, Orang Sukses Selalu Mengulang Setiap Hari. Mereka Hanya Tak Merasa Perlu Menampakkannya
Filsuf asal Jerman, Friedrich Nietzsche pernah berkata: “Jangan bicara tentang bakat lahir! Banyak orang sukses yang berhasil namun hanya memiliki sedikit bakat. Lebih dari itu, mereka memberi waktu untuk menguasai tiap bagian kecil, sebelum membuat dampak besar yang memukau”.
Secara pribadi pun, pneulis kurang percaya sama bakat. Mereka yang sukses di puncak dunia merupakan orang yang telah menjalani latihan keras, mengulang usahnya selama berjam-jam setiap hari.
Bakat hanya akan membantumu di garis mula, namun garis akhir hanya menghamba pada mereka yang terus berusaha.
Purpose – Temukan Alasan
Secinta apapun kamu terhadap suatu bidang, akan ada momen di mana kamu akan merasa jenuh.
Bagaimana caranya supaya tidak mundur? Bagaimana caranya supaya tidak menyerah?
Kamu harus menemukan alasan kuat untuk apa kamu perlu terus bertahan.
Alasan sendiri terbagi jadi dua:
- Orientasi untuk diri sendiri
- Orientasi untuk orang lain.
Penelitian dari Angela Duckworth membuktikan bila mereka yang pantang menyerah biasanya memiliki orientasi untuk diri sendiri pada awalnya, lalu pelan-pelan bergeser ke orientasi untuk orang lain.
Ini dapat masuk di akal. Ketika kamu tertarik pada suatu bidang, lalu manfaatnya cuma ada untuk kamu sendiri, biasanya kalau ada rintangan, godaan, perasaan menyerah terasa begitu mudah datang. Bandingkan bila berorientasi untuk orang lain, pasti tidak mudah menyerah, bukan?
Misalnya saja, lulus kuliah. Kalau kamu tidak peduli terhadap orang tuamu, pasti kamu sudah menyerah saat mengerjakan skripsi sejak dulu. Mungkin, kan?
Atau saat bekerja. Meskipun pekerjaan tidak menyenangkan, bagi mereka yang memiliki tanggungan pasti akan berfikir beribu kali untuk mengajukan resign, kan?
Kalau di dalam pekerjaan, istilahnya adalah job crafting. Kamu melihat deskripsi pekerjaanmu, membedahnya, lalu memodifikasi bagian tertentu di dalamnya agar berorientasi untuk orang lain.
Duckworth di dalam bukunya memberikan contoh tentang seorang pekerja bangunan di gereja. Pekerja bangunan ini bisa saja berkata,”saya bangun gereja ini agar anak bisa makan”.
Namun, bila dia melakukan job crafting, dia bisa saja berpikir,”saya membangun gereja ini sebagai seorang pekerja Tuhan, agar semua orang bisa beribadah dengan tenang dan nyaman”.
Meski demikian, Duckworth mengatakan bila orientasi untuk diri sendiri pun bisa juga dibuat menjadi tidak mudah menyerah.
Caranya:
- Temukan alasan mengapa bidang ini dapat bermanfaat bagi orang lain.
- Ingatkan dirimu tentang manfaat bidang yang sedang kamu coba kuasai ini terhadap kemajuan hidupmu.
- Temukan role model yang dapat menginspirasi. Bisa orang lain, bisa dirimu sendiri di 15 tahun yang akan datang.
Hope – Temukan Harapan
Ketika kamu terjatuh sebanyak tujuh kali, bisakah kamu bangkit untuk yang kedelapan kali?
Bisakah kamu untuk tetap berusaha, bahkan setelah kamu menghadapi masalah terburuk?
Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan atau kekecewaan. Namun mereka yang sukses semuanya punya satu kesamaan, yaitu berpikir bahwa, “ya sudah, nanti coba lagi”.
Ada sebuah penelitian yang dilakukan Martin Seligman yang bernama learned hopelessness. Penelitian ini sekarang sudah dilarang, namun kamu masih bisa kepoin.
Di dalam penelitian itu, Seligman membagi dua kelompok anjing, lalu memisahkan mereka ke dalam dua jenis kandang. Kedua kandang ini lantainya dialiri listrik setiap beberapa menit.
Perbedaannya ialah listrik di kandang pertama dapat dihentikan bila si anjing menekan tombol tertentu. Sementara di kandang kedua tidak disiapkan tombol apapun, alias bila ada listrik si anjing hanya bisa pasrah.
Setelah itu dua kelompok anjing ini dipindahkan ke satu kandang baru. Kandang baru ini juga didsediakan aliran listrik, bedanya adalah terdapat semacam tempat untuk menyelamatkan diri.
Lalu, apa yang terjadi?
Anjing dari kandang pertama, saat merasakan adanya aliran listrik, dengan cerdik melompat ke tempat yang aman. Sementara anjing dari kandang kedua hanya bisa meringkuk pasrah, mengais-ngais selagi listrik mengalir di tubuhnya. Padahal, tersedia tempat menyelamatkan diri yang jelas-jelas bisa digunakan.
Apa kesimpulannya?
Yang Membuat Gagal Bukanlah Masalah, Tapi Perasaan Tidak Bisa Menyelesaikan Masalah
Ketika kamu merasa sedang diterpa sesuatu yang membuat kamu merasa bahwa keadaan itu tidak dapat diubah, maka di situlah kamu akan mulai merasa menderita.
Ketika kamu merasa masih memiliki sebuah harapan, dalam hal lain kamu masih terus untuk berusaha menemukan cara menyelesaikan masalah, maka di situlah kamu masih mempunyai peluang.
Dalam urusan kemahiran dan keterampilan, manusia dibagi menjadi dua pola pikir:
- Fixed mindset
- Growth mindset
Orang dengan fixed mindset merasa bahwa kecerdasan atau bakat adalah bawaan lahir, meski belajar pun tidak akan berguna bila tidak mempunyai bakat.
Sementara orang dengan growth mindset merasa bahwa manusia punya peluang yang sama. Dengan latihan dan pengulangan, apapun dapat dikuasai.
Orang dengan fixed mindset akan pasrah dan berhenti, saat menemukan masalah, atau gagal akan sesuatu. Namun, orang dengan growth mindset melihat kegagalan sebagai sebuah upaya untuk berusaha lebih keras.
Lalu, penelitian ini juga membuktikan bahwa orang dengan growth mindset lebih susah diberi tahu (ngeyel) serta pantang menyerah, dan secara jangka panjang memiliki nilai yang lebih bagus di sekolah, begitu juga ia lebih sukses.
Misalnya saja, kamu memiliki fixed mindset, lalu apa yang harus kamu lakukan?
Yang pertama adalah mengubah cara bicara terhadap diri sendiri. Ketika kamu menemukan seseorang yang hebat pada satu bidang, yakini bahwa dia begitu karena latihan.
Lalu disaat kamu menemukan masalah yang menghadang, lihatlah kembali saat dulu kamu terbentur masalah namun pada akhirnya berhasil menyelesaikannya. Jadikan itu sebagai patokan bahwa, kegagalan adalah petunjuk bagimu untuk berusaha lebih keras.
Lihat juga perbedaan kemampuanmu antara sebelum latihan dengan sekarang. Pasti terdapat sebuah perubahan, kan?
Huft, capek nulisnya. Itulah cara menemukan dan menumbuhkan passion yang Hastag.id rangkum buat kamu. Lebih jauh, tidak hanya dengan menemukan dan menumbuhkannya, namun juga mempertahankannya dan terus berusaha meskipun banyak rintangan yang menghalau.
Kesimpulan
- Temukan sesuatu yang menarik
- Latih keterampilan yang diperlukan sedikit demi sedikit secara teratur
- Temukan alasan mengapa kamu terus bertahan
- Optimislah, dan yakin bahwa semua kesulitan akan berlalu
Tidak semua orang mau repot-repot menemukan passion. Kalau kamu berhasil membaca artikel ini, sepertinya karena kamu memang berniat mencarinya dan berusaha untuk sukses. Semangat terus, ya!
Teruslah bergerak. berkesperimenlah, dan cobalah hal-hal baru yang membuatmu antusias serta dapat menikmatinya. Sebab, pada kenyataanya kamu pun tidak perlu menemukan hal yang tepat atau bahkan hal terbaik. Cukup dengan mendapatkan arah yang terasa nyaman.
Semoga bermanfaat!
Jangan lupa ikuti update artikel terbaru dari Hastag.id dan masih banyak artikel bermanfaat lain yang sudah tersedia!